Sunday, October 19, 2008

.....dan takwapun berdefinisi

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS Al-Baqarah: 183).

Sebagaimana dalam firman Allah tersebut, maka bisa kita pahami bersama bahwa kewajiban atas berpuasa kepada kita adalah untuk mencapai derajat takwa, adapun pengertian umum yang sangat populer mengenai istilah takwa adalah menaati perintah ALLAH SWT dan menjauhi laranganNya, sedangkan Hasan Al-Bashri seorang salafush shalih mendefinisikan takwa dengan sebuah ungkapan, “Menaati Allah dan tidak maksiat, selalu berdzikir dan tidak lupa, senantiasa bersyukur dan tidak kufur.” Sifat takwa senantiasa melekat pada seorang yang mukmin selama ia meninggalkan hal-hal yang sebenarnya halal, karena khawatir jatuh ke dalam yang haram.

Dalam kitab tafsir Fii Zhilaal Al-Qur`an karya Imam Syahid Sayyid Quthb dijelaskan mengenai penafsirkan surat Al Baqoroh ayat 2:

”Kitab (al qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”

Ditulis dalam tafsir tersebut mengenai riwayat Umar Ibnul khatab dalam memberikan definisi takwa, riwayatnya adalah sebagai berikut :

bahwa Umar Ibnul khathab r.a pernah bertanya kepada Ubay bin ka’ab tentang takwa, lalu Ubay menjawab sambil bertanya, “Pernahkah engkau melewati jalan yang penuh duri?” Umar menjawab, “Pernah”, Ubay bertanya lagi, “Apakah gerangan yang akan kau lakukkan?” Umar menjawab, Aku berhati-hati dan berupaya menghindarinya, “Ubay berkata..”Itulah Takwa.”

Itulah takwa, sensitivitas dalam hati, kepekaan dalam perasaaan, responsive, selalu takut, senantiasa berhati-hati dan selalu menjaga diri dari duri-duri jalan, jalan kehidupan, yang penuh dengan duri kesenangan dan syahwat, duri-duri keinginan dan ambisi duri kekhawatiran dan ketakutan duri-duri harapan palsu terhadap orang yang tidak memliliki kemampuan untuk memenuhi harapan dan ketakutan palsu kepada orang yang tidak memliliki kekuasaan untuk memberikan manfaat dan mudharat dan berpuluh-puluh macam duri lainnya.

Saudaraku sekalian, sangatlah pantas bahwa seorang hamba yang telah mempercayai keberadaan Allah akan berhati-hati dalam bertindak, sebab segala perkataan dan perbuatan akan ada yang mengawasinya.

Dalam mencari rizki misalnya, mulai dari langkah kaki ketika berangkat, setiap pandangan mata, setiap ucapan yang dikeluarkan, sesuatu yang didengar serta perbuatan tangannya tidak ada yang luput dari pengawasan sang Maha mengetahui lagi Maha melihat.

Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Qs : Al israa 30.)

Berbeda dengan tim audit yang diturunkan oleh perusahaan dalam mengawasi kinerja karyawannya, audit yang dilakukan oleh Allah SWT dilaksanakan setiap waktu dan pengawasanNya tersebut tanpa celah, tanpa cacat, tanpa kompromi dan tanpa kepentingan, selain itu reward and punishment yang diberikan pun secara menyeluruh, baik perbuatan kecil ataupun besar, sederhana ataupun komplex.

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula. (Qs : Al Zalzalah 7-8)

Sahabat Lifi,
Semoga definisi serta uraian singkat mengenai takwa ini mampu menggugah keinginan serta semangat kita dalam beribadah dan menjalankan aktifitas kita sehari-hari. (basuki achmad)

Artikel Terkait



0 comments:

Post a Comment