“Katakanlah wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampoi batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan manusia), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh,karena sesungguhnya Alloh mengampunkan segala dosa, sesungguhnya Dialah jua yang Maha Pengampun,lagi Maha Mengasihi.”
(Az-Zumar ayat 53)
(Az-Zumar ayat 53)
Aku memuliakan dengan kalimah “dengan nama Alloh yang maha Pemurah lagi Maha Penyayang sesunggguhnya tiada Tuhan yang layak disembah selain Alloh. Maha Suci Alloh, Tuhan yang Maha Esa.”
Termenung seorang hamba dengan segala beban berat dipundaknya diatas sajadah lusuh.dan bergema untaian kalimat mengurai beban dipundaknya.
Ya Alloh, aku belum sempat membeli sajadah yang lebih baik dari yang kupakai ini.Aku lebih mementingkan membeli baju-baju yang modis dan mengumbar aurat dari pada membeli selembar kain kafan untuk menghadap kepadaMu.
Bau tengik dan debu di sajadah lebih baik dari pada bau tengik kelakuanku,dosa-dosaku, dan kesombonganku. Ya Robb, bagaimana ini? Aku bahkan belum siap menghadapMu.Perbekalan apa yang harus kupersiapkan?.Sebidang tanah bersertifikat,pertanggung jawaban sebagai orang tua, pertangggung jawaban sebagai angggota masyarakat, pertanggung jawaban sebagai anak, pertanggung jawaban sebagai pemimpin apa lagi pertanggung jawaban sebagai hambaMu.
Kupergunakan untuk apa saja tanganku, kakiku, untuk melihat apa saja mataku, untuk mendengar apa saja telingaku, kupergunakan untuk apa saja waktu luangku, ah begitu banyak yang tak bisa kupertanggung jawabkan.
Ya Robb, untuk lepas dari tuntutan penyalahgunaan uang rakyat saja hambamu ini harus melobi dan menyogok sana-sini ratusan juta, kalau nanti berhadapan denganMu hambaMu ini harus menyogok pada siapa? Sedang engkau Maha Kuasa, lalu berapa? Sedang engkau Maha Kaya.
Ya Robb, untuk lari dari tuntutan hukum, aku bisa lari ke luar negeri, lalu untuk lari dari pertangggung jawaban dihadapanMu, aku hendak lari kemana? Sedangkan semua ruang dibumi ini milikMu.
Ya Robb, untuk melanggar semua perintahMu aku tak malu-malu dan takut lagi meski Engkau selalu mengawasi, semakin jauh aku disibukan oleh kaesibukan dunia,hingga melalaikan perintahMu, semakin jauh pula aku tenggelam dalam kesibukan yang tiada henti, hingga tak ada lagi ruang untuk bermunajat, apalagi bercengkerama dengan oramg –orang disekitarku.
Padahal semua selalu berkaitan antara hak dan kewajiban. Keluargaku punya hak untuk diperhatikan, tetangga berhak untuk diperhatikan, badanku sendiri ini juga berhak untuk diperhatikan. Aku selalu menuntut kewajiban orang-orang disekitarku, tapi aku melalaikan hak mereka.
Duhai Robbku, bagaimana hambamu ini harus memulai memperbaiki diri, sedang ajal terus mengejar umurku, dan suatu saat aku tak bisa sembunyi darinya.
Bahkan hingga kini, untuk menangis ketakutan dari pedihnya sakarotul maut saja aku masih sulit, apalagi pedihnya jahannam. Tapi anehnya hambamu yang dzoif ini begitu pede hendak berjumpa denganMu dalam keridhoanMu.
Ya Robb, ijinkan hamba menangisi keankuhan hamba karena tak bisa menangis. Dikesunyian dan keheningan malam, dengan segala kepasrahan kepadaMu, hamba berserah diri, tak ada yang bisa dibangggakan disepanjang perjalanan umur hamba. Hasbunalloh wani’mal wakil,ni’mal maula wani’mannasiir.
Depok, 26 November 2008
Vie tea
0 comments:
Post a Comment