Kisah tersebut adalah mengenai persahabatan antara kedua tokoh Islam Indonesia dengan latar belakang organisasi dan disiplin ilmu yang berbeda, Buya Hamka dan KH. Abdullah Syafi’i.
Boleh dibilang Buya Hamka adalah seorang tokoh Muhammadiyah yang anti qunut dan biasanya ketika shalat jum’at adzan nya hanya satu kali. Namun demikian beliau bersahabat baik dengan tokoh ulama betawi, KH. Abdullah Syafi'i, tokoh ulama yang menyatakan bahwa qunut shalat shubuh itu hukumnya sunnah muakkadah dengan adzan dua kali ketika shalat jum’at .
Suatu ketika di hari Jumat, KH. Abdullah Syafi'i mengunjungi sahabatnya Buya Hamka di masjid Al-Azhar Kebayoran Jakarta Selatan. masjid dimana menjadi tempat Buya Hamka melakukan aktifitas sehari-hari, Hari itu menurut jadwal seharusnya giliran Buya Hamka yang jadi khatib. Karena menghormati shahabatnya, maka Buya minta agar KH. Abdullah Syafi'i yang naik menjadi khatib Jumat.
Yang menarik, tiba-tiba adzan Jumat dikumandangkan dua kali, padahal biasanya hanya satu kali. Rupanya, Buya menghormati ulama betawi ini dan tahu bahwa adzan dua kali pada shalat Jumat itu adalah pendapat shahabatnya. Jadi bukan hanya mimbar Jumat yang diserahkan, bahkan adzan pun ditambah jadi dua kali, semata-mata karena ulama ini menghormati ulama lainnya.
Begitulah sikap kedua tokoh ulama besar negeri ini. Siapa yang tidak kenal Buya Hamka, dengan perguruan Al-Azhar dan tafsirnya yang fenomenal. Dan siapa tidak kenal KH Abdullah Syafi'i, pendiri dan pemimpin Perguruan Asy-Syafi'iyah, yang umumnya kiyai betawi hari ini adalah murid-murid beliau.
Bahkan satu lagi menurut penuturan putra Buya Hamka yakni Rusydi Hamka, ayahnya itu ketika mau mengimami shalat tarawih, menawarkan kepada jamaah, mau 23 rakaat atau mau 11 rakaat. Jamaah di masjid Al-Azhar kala itu memilih 23 rakaat, maka beliau pun mengimami shalat tarawih dengan 23 rakaat. Esoknya, jamaah minta 11 rakaat, maka beliau pun mengimami shalat dengan 11 rakaat.
Inilah tipologi ulama sejati yang ilmunya mendalam dan wawasannya luas. Tidak pernah meributkan urusan khilafiyah, sebab pada hakikatnya urusan khilafiyah lahir karena memang proses yang alami, di mana dalil dan nash yang ada menggiring kita ke arah sana. Bukan sekedar asal beda dan cari-cari perhatian orang. Karena itu harus disikapi dengan luas dan luwes.
Buya Hamka
Buya Hamka adalah seorang ulama yang memiliki ‘izzah, tegas dalam aqidah dan toleran dalam masalah khilafiyah. Beliau sangat peduli terhadap urusan umat Islam, sehingga tidak mengherankan, di dalam dakwahnya, baik berupa tulisan maupun lisan, ceramah, pidato atau khutbah selalu menekankan tentang ukhuwah Islamiyah, menghindari perpacahan dan mengingatkan umat untuk peduli terhadap urusan kaum muslimin.
Buya Hamka berpulang ke Rahmatullah, 24 Juli 1981, telah meninggalkan warisan dan pelajaran yang sangat berharga untuk ditindak lanjuti oleh genarasi Islam, yaitu istiqamah dalam berjuang, menjaga persatuan umat dan peduli terhadap urusan kaum Muslimin
Motto: Biarkanlah saya menyebut apa yang terasa; Kemudian tuan bebas memberi saya nama dengan apa yang tuan sukai; Saya adalah pemberi maaf, dan perangai saya adalah mudah, tidak sulit.Cuma rasa hati sanubari itu tidaklah dapat saya menjualnya; Katakanlah kepadaku, demi Tuhan. Adakah rasa hati sanubari itu bisa dijual?
KH Abdullah Syafi'ie
Selanjutnya beliau membangun sejumlah pesantren dan madrasah. Beliau membangun AULA AS-SYAFI'IYAH, membangun Akademi Pendidikan Islam As-Syafi'iyah (AKPI As-Syafi'iyah), mendirikan Stasiun Radio As-Syafi'iyah, membangun pesantren putra dan pesantren putri di Jatiwaringin, membangun pesantren khusus untuk Yataama dan Masaakin, mengembangkan sarana untuk pendidikan dan pesantren di sekitar Jakarta seperti Cilangkap-Pasar Rebo, di Payangan-Bekasi, Kp. Jakasampurna-Bekasi dan menyiapkan lokasi untuk kampus Universitas Islam As-Syafi'iyah di Jatiwaringin.
Pada Selasa 3 September 1985 dinihari jam 00.30 KH Abdullah Syafi'ie berpulang ke rahmatullah saat menuju rumah sakit Islam. Almarhum dishalatkan di masjid Al Barkah Bali Matraman oleh puluhan ribu umat Islam secara bergelombang dipimpin oleh para Alim Ulama. Turut serta tokoh-tokoh masyarakat dan pejabat pemerintah. Dimakamkan pada selasa tgl. 18 Dzulhijjah 1405 H./ 3 September 1985 di Komplek Pesantren Putra As-Syafi'iyah Jatiwaringin Pondokgede, diantar oleh ratusan ribu umat Islam.
Tuan Guru Bajang KH Zainul Majdi, yang juga mantu dari KH Abdul Rasyid (Putra KH. Abdullah Syafi’i) mengatakan, meski dirinya belum pernah bertemu dengan KH Abdullah Syafi'ie tapi ia yakin bahwa KH Abdullah Syafi'ie merupakan orang yang mulia. “Kenapa saya yakin beliau orang mulia? Karena banyak sekali orang yang suka sama beliau,” ujarnya. Menurutnya, kalau ulama sampai ratusan tahun bahkan ribuan tahun masih dikenang umat dengan kebaikan, berarti ketika ia hidup menanam kebaikan pada umat.
Menag Maftuh Basyuni, mengaku cukup mengenal baik KH Abdullah Syafi'ie, yakni di tahun 1960 an ketika baru belajar di Universitas Madinah. “Saya melihat beliau itu seorang ulama yang alim dan istiqamah dalam memegang kebenaran,” ujarnya. KH Abdullah Syafi'ie, masih kata ia, termasuk orang begitu gigih memperjuangkan kebenaran, bijak dan arif ketika melihat suatu permasalahan. Namun demikin tetap tegas dalam memegang prinsip. Meskipun memiliki ilmu yang tinggi tapi beliau tetap rendah hati, tak pernah sombong, congkak atau pun egois. “Orang seperti ini sekarang langka,”katanya.
5 comments:
Hi Friend,Very Nice Post and blog,i like your blog.AND VISIT TO MY BLOG AND DROP ME A COMMENT TOO.THANKS
http://www.googleadsensesystem.blogspot.com/
http://www.indianstamilmasalas.blogspot.com/
http://www.indianmasalamullu.blogspot
Buya Hamka, salah seorang tokoh favoritku, aku baca dan koleksi buku-bukunya, terimakasih artikelnya
Tulisan yang menarik,semoga tidak berhenti menulis tentang kisah-kisah teladan dan inspiratif
wah.. mbak lengkap banget cerita Buya Hamka :)
tulisan bagus! manfaat sekali. Sy sendiri hampir lupa kita pernah punya tokoh bernama Buya Hamka.
Post a Comment