Kunjungan kali ini bukanlah kali pertama, tapi khusus hari itu kami berencana bermalam disana, sebab kunjungan perdana tahun lalu menyisakan banyak sekali pertanyaan, kekaguman dan rindu berat disana.
Siapa yang menyangka jika dari daerah yang sekilas tampak terisolir dari ganasnya globalisasi teknologi ini, mampu mengetahui informasi update dunia islam, ini terbukti dari nyambungnya diskusi ketika kami membuka obrolan mengenai dunia islam terkini, seperti masalah palestine, perkembangan harakah di Indonesia serta maraknya diskusi orientalis dan manuver para tokohnya pun mereka mengetahui secara mendalam.
Informasi menarik yang kami gali dari hasil obrolan kami saat itu, diketahui bahwa seluruh santri yang sebagian besar berasal dari jawa timur ini tidak dipungut biaya sepeserpun alias gratis, Biaya operasional pesantren ini didanai oleh wirausaha para pengurus dan santri disana, mereka dibebaskan untuk mencari rizky apapun yang penting halal.
Adapun jenis usaha yang pernah dan sebagian masih dijalani disana adalah mulai dari peternakan burung walet, ikan, burung kenari, tanaman hias hingga berkebun juga dijalani guna operasional sehari-hari seperti makan, minum, memasak, alat tulis dan buku-buku.
Gerbang utama dan sebagian besar ruang kelas pesantren berdinding bambu dan beratap genteng merah, sedangkan halaman kelas dan masjid berhias tanaman hias layaknya vila di puncak.
Pada awal pendiriannya pimpinan pondok menuturkan bahwa begitu sulitnya merintis sebuah pesantren, mulai dari penolakan secara halus, intimidasi hingga ancaman pembunuhan kerapkali diterimanya, sebab memang wajar jika saat itu penduduk yang mayoritas pendidikan agamanya minim, sulit menerima seorang pendatang yang kebetulan menikah dengan penduduk disana mencoba mengajarkan materi Islam yang boleh dibilang baru bagi mereka.
Alhamdulilah saat ini semua masyarakat bisa menerima pesantren itu, bahkan ketika pembangunan masjid dilakukan semua masyarakat membantu membangun masjid tersebut tanpa dipungut biaya tenaganya, selain karena anak mereka ikut belajar dengan gratis disana, mereka juga mendapatkan pencerahan agama islam secara mendalam disana.
Saat ini mereka sangat menghormati pesantren ini, hal ini bisa dilihat ketika mereka bersepeda motor dan melewati gerbang, mereka turun, menuntun dan mematikan mesin sepeda motor itu terlebih dahulu, baru setelah agak jauh mereka menyalakan kembali.Ada kejadian yang membuat kami tersenyum haru, saat itu ketika kami ingin parkir mobil saat baru tiba pukul 9 malam, kami kesulitan untuk mencari tempat parkir, sang ustadz menyarankan untuk parkir di salah satu rumah penduduk terdekat dengan pesantren, sang pemilik rumah dengan ramah mempersilahkan kami untuk parkir disamping rumahnya, awalnya kami ragu untuk melakukannya sebab jalan sekitar halaman gelap dan sempit, benar saja, baru setengah body mobil yang masuk, kami kesulitan untuk memasukkan ekor mobil, tikungan masuk ke dalam halaman samping rumah ini terlalu pas-pasan, maju-mundur mobil membuat gaduh dan sempat panik karena ngga enak dilihat oleh penduduk yang ada disana, akhirnya entah siapa yang memberikan komando, salah seorang penduduk menghampiri supir kami dan minta untuk mematikan mesin mobil, awalnya kami bingung, loh kok posisinya belok dan menutupi jalan sudah disuruh turun, akhirnya kami tahu bahwa penduduk sekitar ingin menggeser mobil kami supaya lurus dengan mengangkat mobil kami beramai-ramai, dan luar biasa dengan kompak mereka yang berjumlah lebih dari lima orang mampu meluruskan posisi mobil kami menjadi lurus dan tidak menutupi jalan.
Yang ingin kami katakan disini bukanlah unsur magis dalam memindahkan mobil tadi, namun rasa hormat dan ingin membantu yang ingin mereka tunjukkan terhadap kami yang nota bene adalah tamu sang ustadz, mereka ingin memberikan yang terbaik yang mereka miliki, meskipun hanya dengan kekompakkan sisa tenaga dimalam hari.
Diakhir pertemuan, kami dapat informasi bahwa saat ini santrinya tidak hanya berasal dari pulau jawa, tapi sudah ada beberapa santri yang berasal dari luar pulau jawa, diantara lulusannya pun sekarang sudah ada yang mengajar dan merintis pesantren lagi ditempat lain.
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.(an-nuur : 35) - http://www.alifiarahmany.blogspot.com/
2 comments:
wahhh... abiss berwisata nihh sobb... tambah fresh badann pikiran... recharge....:)
wah, boleh tuh dijadiin tempat wisata baru. heheehehe...
tempat2 yang tenang, bersih dan islami kan jarang banget.
Post a Comment