Wednesday, October 29, 2008

Nada Dan Lifi (Seri 1)

Hari Gene Ngga Percaya Tuhan!

Malam itu Nada pulang kuliah bersama teman satu kelasnya Lifi, meskipun mereka baru beberapa minggu saling mengenal, namun kebutuhan akan teman ngobrol dalam perjalanan, membuat mereka tampak akrab. Kehangatan, canda serta tawa seringkali mengiringi perjalanan mereka.

Nada adalah seorang gadis keturunan betawi sunda berambut ikal panjang, perempuan berkacamata dan sering menguncir rambutnya ini mengaku pernah menggunakan jilbab selama dia duduk dibangku kuliah D3 dulu, pendidikan agama yang kurang dari keluarga serta pergaulan lingkungan merupakan penyebab utama ditinggalkannya kewajiban muslimah ini, Nada dilahirkan dari keluarga yang kurang harmonis, ayahnya bercerai dan menikah lagi dengan perempuan lain ketika ia berusia 17 tahun, sehingga Ibunya menjadi single parent bagi Nada dan ke-2 adiknya, Nada bekerja pada salah satu perusahaan minyak milik Amerika di Jakarta Pusat, beruntung diusianya yang kini menginjak 25 tahun, Nada sudah memiliki penghasilan yang lumayan tinggi, sehingga kini iapun menggantikan peran Ibunya sebagai penunjang ekonomi bagi keluarganya, mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga biaya pendidikan adik-adiknya, ditambah lagi saat ini perusahaan tempatnya bekerja membiayai dirinya untuk meneruskan kuliah menuju jenjang sarjana, sebab memang ia merupakan salah satu kandidat yang akan di promosikan menduduki Jabatan strategis.

Berbeda dengan Nada, Lifi adalah seorang gadis berjilbab berdarah Padang dan bekerja sebagai karyawati di salah satu perusahaan Advertising di Jakarta Selatan, adapun alasan mengapa ia harus meneruskan kuliahnya lagi adalah karena perusahaan tempatnya bekerja saat ini dikabarkan akan colapse alias bangkrut, sehingga ia merasa perlu mengupgrade gelar pendidikannya untuk mempersiapkan kondisi terburuk yang akan terjadi nanti.

Seperti malam-malam kemarin di Jakarta, meskipun saat ini jam menunjukkan pukul sembilan, namun yang namanya jalan di kota Jakarta masih tetap macet, bahkan bangku bus jurusan Jakarta-Depok yang baru saja mereka tumpangi pun tampak penuh, beruntung mereka masih kebagian tempat duduk, meskipun mereka agak sedikit berjuang dalam memperoleh tempat duduk, sebab keduanya memperoleh sisa tempat duduk di pojok kanan kursi panjang paling belakang.

Setelah lima menit mereka mendapatkan tempat duduk, Lifi menghela nafas sambil membuka pembicaraan “eh dua hari kemaren kemana?”, sambil meletakkan tas di pangkuan, Nada menjawab “Uhmm ada seminar di luar kota”

“luar kotanya mana da” dengan penasaran Lifi kembali bertanya. “Malaysia fi” Nada pun menjawab, kali ini dengan sedikit tersenyum malu-malu

“waah itu mah bukan cuman luar kota namanya, luar…….” Pembicaraan Lifi terpotong karena kernet Bus tiba-tiba muncul dari arah tangga pintu belakang “maaf neng, ongkosnya”, keduanya pun mengeluarkan uang sepuluh ribuan, namun karena Lifi duduknya berada paling dekat dengan kernet, maka Lifi pun lebih dahulu menyerahkan uang tersebut, “ini dua bang!” kata Lifi segera setelah menyerahkan uang itu kepada kernet Bus, “makasih ya Fi, besok giliran aku yah yang bayarin” kata Nada sambil memasukkan uangnya kembali kedalam tas

“siip…,..eh tadi sampai mana?...ehmm, o iya seminarnya tentang apa sich ko sampe jauh-jauh ke sana segala, emang di Indonesia ngga ada ya” kembali Lifi bertanya, ekor matanya mengarah pada lawan bicaranya

“Sebenernya sih, seminarnya ga penting, soalnya itu tuh cuman cara rekanan perusahaan kasih entertaint ke kita, supaya loyal ke mereka, intinya sich, sampe sana jalan-jalan doang, paling-paling,… formal seminarnya cuma tiga jem”, jawab nada dengan aksen betawinya yang khas, kali ini ia sambil mengeluarkan permen dan menyodorkan ke teman ngobrolnya itu

Sambil menerima dan membuka bungkus permen, Lifi berkata “makasih ya…, tapi tetep aja judulnya enak kan da, bisa jalan-jalan, refreshing ke luar negri, gratis lagi” kali ini Lifi terdiam sejenak sambil memasukkan permen ke mulutnya

“udah sering da, ke luar negri kaya gini?” Lifi kembali bertanya, “ya..lumayan fi, emang dari sma dulu, aku tuh punya impian bisa keliling ke negri orang, ngerasain musim yang ngga ada di Indonesia, makanannya, budaya dan keseniannya,.. eeh…… akhirnya kesampean juga tuh sekarang, malah aku bisa ngerasain itu semua tanpa harus pusing mikirin biaya!, alias gratis fi….oh thanks god” jawab nada sambil memandangi pemandangan macet dari jendela bus

“Kemana aja da luar negerinya?” tanya Lifi lagi, “mm..baru Perancis, Jepang, Jerman, Amerika, Arab dan terakhir ya Malaysia fi” jawab Nada singkat, dan sebelum pembicaraan dilanjutkan, Lifi tampak heran melihat temannya itu seperti sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya

“cari apa da?” tanya Lifi,
sambil membuka-buka resleting kantong depan, Nada menjawab “Hape…tadi aku taro disini deh…kemana ya..soalnya tadi waktu kuliah kan aku matiin, aku lupa ngidupin lagi nih…”

“haa ini dia” akhirnya Nada menemukan HP nya di antara tumpukan buku-buku dalam tasnya itu, dengan agak tergesa Nada segera menyalakan HP tersebut….dan …
tut tut…ringtone khas sms pun berbunyi, dengan mata berbinar Nada pun membacanya, kali ini ekspresi raut wajah Nada berubah menjadi sangat ceria dan sambil tersenyum-senyum jari tangannya pun sibuk membalas sms itu, Lifi yang dari tadi memperhatikan temannya itu, akhirnya mengomentari “waah seneng baget sih…dari pacar ya…kok senyum-senyum sendiri…awas ntar ada yang nyangka gila loh”, sambil tersenyum nada pun berkata “iya nih lagi mbales sms orang, abis lucu-lucu sih kata-katanya”

“ya iya lah sms dari orang……masa dari kebo sih!” jawab Lifi sedikit sewot,
“temen..temen, gitu aja sewot” kata Nada, sambil terus menekan tuts hapenya,

“temen … apa temen?” goda Lifi,
“yaa….aku sih baru kenal dua bulan yang lalu, waktu aku seminggu di Jerman, kita sama-sama dateng ke seminar dan kebetulan aku dan dia duduknya bersebelahan, ngobrol-ngobrol…trus ujung-ujungnya kenalan dan minta nomer hape deh” jawab Nada

“cowo apa cewe, namanya siapa da?” tanya Lifi lagi,
“cowo fi, namanya….Henry, sejauh ini sih kita cuman sebatas telpon-telponan, smsan dan ga lebih…tapi..terus terang, emm sejak si Henry itu hadir dalam hidupku, hari-hariku tuh jadi banyak ketawa…abis ya itu tadi, semese…eh sms nya lucu-lucu..tuh kan jadi belibet deh saking semangatnya…”

“belibet apa kepelet…hi..hi..hi….eh dia asli sana apa cuma tinggal doang?” tanya Lifi lagi,
sambil mengangguk Nada mengiyakan pertanyaan Lifi “Ya dia emang asli sana, tinggal disana dan kerja disana, dia kerja di oil company juga, tapi benderanya beda,…..eh tapi dia udah pernah ke Indonesia loh, sekitar satu tahun yang lalu, dia pernah ke Bandung dan Kalimantan…”

“waah keliatannya udah nemu nih jodohnya, udah daa.. jangan lama-lama, umur udah siap, materi ada, …kalo emang dia se-iman dan ada tanda-tanda yang sama, ajak merit aja...” kata Lifi

“enak aja….emang kita kucing apa, ketemu langsung kawin, lagian jangan geer dulu kali...,
mmm………., tapi…. kalo aku peratiin dari cara liatnya ke aku, cara ngomong dan sms nya sih emang ada tanda-tanda kesana, dia juga pernah bilang tuh, kalo dia lagi sendiri dan nyari calon istri…waktu itu sih deg-degan juga pas dia curhat masalah itu..tapi…belom-belom…” Nada diam sejenak sambil geleng-geleng

“tapi fi…” kali ini wajah Nada berubah menjadi serius

“banyak kata-kata tapi nih dari tadi, ada kali 100 kalo diitung...tapi apa da?….ayo terusin dong, jangan jadi grogi gitu dong” Lifi makin penasaran

“iya nih, abis bingung ngomongnya....dia itu orang yang ga percaya Tuhan!” Nada tampak berfikir dan diam sejenak “eh salah deh…mmm dia percaya Tuhan, tapi.. ngga percaya ama Agama” jawab Nada sedikit merendahkan suaranya
“ngga percaya Agama!,…mmm” sambil sedikit mengerutkan dahinya Lifi meneruskan “ya…emang sih di eropa wajar kok banyak pemikiran seperti itu, sejarah juga mencatat, banyak catatan-catatan hitam mengenai pemusnahan Agama disana…..” keduanya diam sejenak

“aku pernah ngobrol-ngobrol, diskusi tentang agama ama dia, tapi malah aku yang kalah omongan” kata Nada membuka obrolan lagi

“berat emang da, diskusi masalah gituan, salah-salah malah kamu yang tertarik ama prinsip dia, kamu harus punya banyak wawasan agama dulu, mulai dari diri sendiri mungkin lebih baik, atau buat referensi kamu bisa baca-baca buku tentang ke Islaman… eh aku ada tuh buku bagus karangan hajah irene handono, kayaknya pas tuh da….atau…o iya aku punya cerita..”

agak sedikit ragu-ragu Lifi meneruskan “tapi kayanya kurang pas sich..soalnya ceritanya itu tentang dialog antara orang yang ga percaya tuhan sama orang saleh….masalahnya dia itu kan percaya ama tuhan ya?”

Sambil menyimak penuturan Lifi, fikiran Nada kali ini sedikit merenung…”mm ngga papa deh fi, siapa tau aja ntar bisa kepake”

“cuman ceritanya aku aga-aga lupa nih, maklum udah lama cerita ini aku dapet waktu pengajian bulan lalu, mudah-mudahan sich ga salah,….” sambil menegakkan badan dan menggaruk kepala, Lifi mulai bercerita

“Ada seorang salafus shalih, kalo ngga salah sich….mmm….namanya Hasan Al Bashri deh, beliau ditantang oleh orang-orang kafir yang ga percaya ama ALLAH, waktu itu mereka sepakat bertemu pada tempat dan waktu yang telah disepakati bersama, pada saat yang ditentukan orang-orang kafir tersebut sudah menunggu di tempat itu, tapi beliau masih belum dateng juga nih, mereka..udah pada seneng duong…. mereka sudah menyimpulkan dan berkomentar, ada yang bilang beliau takut kalah, ingkar janji, tukang boong, pokoknya banyak komentar-komentar buruk lain gitu deh” sambil menghela nafas Lifi meneruskan ceritanya lagi

“naah saat terjadinya kasak-kusuk tadi, datenglah Hasan Bashri, tentu kedatangannya langsung disambut dengan berbagai pertanyaan seputar keterlambatannya”

“Kenapa terlambat?” tanya salah seorang dari mereka, dengan tenang Hasan Al Bashri bercerita “sewaktu aku berjalan menuju kesini, terjadi hujan lebat dan Banjir, sehingga ada jembatan yang seharusnya aku lewati, roboh berkeping-keping, sehingga aku menunda sejenak perjalananku, setelah itu aku berdoa kepada ALLAH agar diberikan kemudahan dalam perjalanan ini, dan ALLAH pun mengabulkan doa ku, jembatan yang semula roboh pun, atas izin ALLAH akhirnya bisa kembali seperti semula, dan aku bisa melewati jembatan itu”,

Seusai menceritakan alasan keterlambatannya, orang-orang kafirpun mulai bertanya “bagaimana mungkin jembatan yang udah roboh bisa berdiri sendiri” kata salah seorang dari mereka yang kebetulan mengetahui juga nih perihal jembatan yang roboh,

“kamu pasti boong, batu puing-puing nya jalan sendiri gitu…” sambil ketawa, mereka mulai mengolok-olok,

“kan ngga mungkin kalo benda mati seperti batu-batu puing itu bisa bergerak sendiri, pasti ada yang nggerakin, apakah anda bawa rombongan?” masih dengan nada mengejek, mereka terus berkata

“denger…ya, ALLAH itu ngga ada, kami ngga percaya kalau kamu beralasan seperti itu, sekali lagi kami katakan, bahwa ngga mungkin jembatan itu bisa kembali seperti semula, sesuatu ngga mungkin jalan sendiri, sesuatu itu ada, pasti ada orang yang bikin…atau ada yang nggerakin..ngga mungkin sesuatu itu bisa muncul sendiri”

mendengar kata-kata yang terakhir itu, Hasan Al Bashri tersenyum seperti mendapatkan sebuah kata kunci dan berkata “Wahai saudaraku,…tadi kalian katakan bahwa sesuatu itu tidak mungkin muncul dengan sendirinya kecuali ada yang memunculkan, tadi kalian katakan juga bahwa sesuatu benda mati tidak mungkin bisa bergerak sendiri kecuali ada makhluk hidup yang menggerakkannya, seperti halnya onta yang menarik gerobak, benar begitu”

secara bersamaan dan sedikit bingung dengan maksud pertanyaannya, mereka pun menjawab “Benaar….”

“Kalau benar demikian, saya akan bertanya, siapa yang menciptakan bumi, matahari, bulan, hewan, tumbuhan dan manusia ?...kan kalian tadi bilang kalau sesuatu itu tidak mungkin muncul dengan sendirinya kecuali ada yang memunculkan atau dengan kata lain sesuatu itu tidak akan ada kecuali ada yang menciptakannya…..kemudian satu lagi siapa yang menggerakkan bumi, matahari dan bulan,……….benda-benda mati itu bisa bergerak, terbit atau tenggelam, bisa ada siang dan malam, ada hujan, petir, badai………….coba kalian fikir dan katakan pada saya siapa yang menggerakkan mereka semua”

orang-orang kafirpun menjadi kebingungan menjawabnya, sebab mereka ditanya dengan pertanyaan yang muncul dari pernyataan logika mereka sendiri, pertanyaannya sangat sederhana tapi sangat mengena logika mereka

“ALLAH lah wahai saudaraku, ALLAH yang menciptakan seluruh alam semesta, ALLAH pula yang menggerakan semua sesuai kehendaknnya dan hendaklah kalian semua beriman dan mempercayai ALLAH” mendengar kata-kata tersebut, bergetarlah hati mereka, mereka tidak bisa lagi mengelak, karena secara logis apa yang dikatakan oleh Hasan Al Bashri adalah benar, sehingga hati nurani pun terbuka untuk menerima hidayah dari ALLAH SWT…..

“naah gitu da…ceritanya” Lifi mengakhiri ceritanya sambil menatap wajah Nada yang terlihat agak pucat “da kamu kenapa, kok jadi keliatan pucet sich…kamu sakit?” masih tampak pucat nada menjawab “ ee..eh ng…ngga kok, Cuma aku tertarik aja ama cerita kamu, seru lagi fi…! Wah udah mau nyampe nih fi, aku siap-siap dulu ya, assalamualaikum…” sambil bergegas dari tempat duduknya, Nada melambaikan tangan “waalaikum salam” jawab Lifi, sambil memandangi Nada yang tampak terburu-buru.
----------
Nada berjalan kaki menuju rumahnya sambil memandangi bus yang baru saja berlalu, “hampir setengah jam lebih perjalanan kulalui,….terimakasih ya ALLAH engkau telah pertemukan aku dengan seorang teman baru yang mengingatkan menuju ke jalan Mu” Nada berbicara dalam hati, sambil melihat jam tangannya yang saat itu menunjukkan pukul 09.30 malam, tak terasa air matapun mengalir di saat ia memandangi langit cerah yang dihiasi bintang serta bulan purnama “ada bintang....ada bulan…pfff…bener kata lifi….ngga mungkin benda-benda itu muncul sendiri, pasti ada yang nyiptain, pasti ada yang gerakin semuanya… rumput yang kuinjak ini sebulan yang lalu baru dicabutin, tapi sekarang udah muncul lagi….ya ALLAH kenapa aku baru mikir sekarang ya….dari dulu kemana aja sih otak ini… “

Masih dalam keadaan merenung Nada akhirnya sampai di depan rumahnya, Nada melihat lampu di ruang tamu masih menyala, “Assalamualaikum ”, Nada membuka pintu dan masuk, tampak di kursi tamu sang Ibu menunggu sambil menonton televisi, Nada segera meraih dan mencium tangan Ibunya

“belum tidur bu?” tanya Nada
dengan wajah heran perempuan setengah baya itupun menjawab “Belum,….kan biasanya juga nungguin kamu!, eh ada apa nih, kok keliatannya malam ini kelakuanmu agak aneh?” Nada yang memang sudah lama tidak pernah mengucapkan salam dan mencium tangan Ibunya, memandangi sejenak wajah ibunya yang ternyata sudah mulai banyak menampakkan keriput dan uban

“ngga kok bu, Nada cuman pengen berubah lebih baik aja, ngga papa kan?, bu Nada mau mandi dulu nih..Ibu tidur duluan aja ya” sambil berdiri dan masuk ke kamar tidur, Ibunya Nada berkata “ya udah, jangan malem-malem tidurnya ya sayang”

“Oce bu” jawab Nada masuk kekamar mandi.

Setelah selesai mandi dan berwudhu, Nada mencari-cari sesuatu didalam lemari bajunya “Nah ini dia,…wah udah bau apek lagi…ambil yang baru lagi dimana ya” kali ini Nada mencoba mencari di lemari lainnya

“Alhamdulilah ketemu juga” sambil membuka plastik pembungkus, Nada mengeluarkan isinya, rupanya pakaian shalat berwana putih lengkap dengan sajadahnya itu masih rapi tersimpan dan masih wangi pengharum toko, entah berapa lama Nada memang sudah tidak lagi menunaikan kewajiban shalat, bukan karena masalah tamu bulanan saja, namun memang sejak ditinggal pergi ayahnya Nada sudah tidak lagi percaya tentang keberadaan ALLAH.

Nada mulai mengenakan mukena tersebut dan menggelar sajadah, selama shalat isya beberapa kali Nada tampak menitikkan air mata, seusai mengucapkan salam Nada berdoa dengan suara lirih

“Ya ALLAH ya tuhan ku, terimakasih engkau masih menyayangi hambaMu yang telah lama melupakanMu, hamba pernah tidak mempercayai keberadaanMu ya ALLAH, tapi engkau masih memberi sinar hidayahMu kepada hambaMu yang telah lama mengingkariMu,

“Ya ALLAH yang maha pengasih lagi maha penyayang, terima kasih engkau masih memberikan kasih sayang kepada hambamu, engkau masih memberi kesehatan kepada jiwa raga ku, disaat hamba sudah sering mendzalimi jiwa ragaku sendiri, bahkan banyak dosa yang tak terhitung telah aku lakukan, ampunilah dosa-dosaku ya ALLAH, dosa yang ku sengaja maupun tidak disengaja, dosa ketika aku sering melalaikan kewajibanku dengan sengaja tanpa uzur, dosa ketika aku sengaja melakukan kemaksiatan”

Masih dalam posisi menengadahkan tangannya Nada teringat ketika ia sering keluar malam hingga larut pagi hanya untuk bersenang-senang di kafe atau tempat dugem lainnya, dosa ketika ia sering menyakiti ibunya dan terakhir ia teringat ketika ia mulai melepaskan jilbabnya waktu belum genap setahun bekerja

“Ampunilah Ya ALLAH….Robbana aatina fiddunyaa hasanah wafil aakhirati hasanah waqinaa ‘adzaabannaar, walhamdulillahhirrobbil’aalamin”

Seusai bermunajat, nada pun tertidur diatas sajadah, masih menggunakan mukena, jasadnya tertidur, namun jiwanya baru saja terjaga dari tidur yang panjang, jiwa yang baru saja bangun untuk mengenal kembali siapa tuhannya, matanya yang terpejam baru saja digunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan sang khalik, mata hatinya bagaikan cermin yang baru saja dibersihkan dari debu, siap menerima pantulan cahaya kasih sayang sang pencipta, dengan menggunakan akal dan rasionalitasnya Nada menerima kenyataan serta mempercayaai bahwa ALLAH SWT adalah ada, ALLAH SWT adalah Tuhan semesta alam, sang pencipta dirinya dan Alam semesta.

(bersambung)

------------------------------------

(QS: 2:164) Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

(QS:10:6) Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa.

--Basuki Achmad--

Artikel Terkait



0 comments:

Post a Comment