Monday, October 20, 2008

Antara Pahala Jihad Dan Dosa Besar

Dalam sebuah riwayat mengisahkan bahwa suatu pagi, menjelang subuh Ali bin ABi Thalib bergegas bangun untuk mengerjakan shalat Subuh berjamaah di masjid bersama Rasulullah. Rasulullah tentulah sudah berada di sana. Rasanya, hampir tidak pernah Rasulullah keduluan orang lain dalam berbuat kebaikan. Tidak ada yang istimewa karena memang itulah aktivitas yang sempurna untuk memulai hari, dan bertahun-tahun lamanya Ali bin Abi Thalib sudah sangat terbiasa.

Langit masih gelap, cuaca masihlah dingin, dan jalanan masih pula diselimuti kabut pagi yang turun bersama embun. Ali melangkahkan kakinya menuju masjid. Dari kejauhan, lamat-lamat sudah terdengar suara Bilal memanggil-manggil dengan adzannya yang berkumandang merdu ke segenap penjuru Kota Madinah.

Namun belumlah begitu banyak melangkah, di jalan menuju masjid, di hadapannya ada sesosok orang. Ali mengenalinya sebagai seorang kakek tua yang beragama Yahudi. Kakek tua itu melangkahkan kakinya teramat pelan sekali. Itu mungkin karena usianya yang telah lanjut. Tampak sekali ia sangat berhati-hati menyusuri jalan.

Ali sebenarnya sangat tergesa-gesa. Ia tidak ingin tertinggal mengerjakan shalat tahyatul masjid dan qabliyah Subuh sebelum melaksanakan shalat Subuh berjamaah bersama Rasulullah dan para sahabat lainnya.

Ali paham benar bahwa Rasulullah mengajarkan supaya setiap umat muslim menghormati orang tua. Siapapun itu dan apapun agamanya. Maka, Ali pun terpaksa berjalan di belakang kakek itu. Tapi apa daya, si kakek berjalan amat lamban, dan karena itu pulalah langkah Ali jadi melambat. Kakek itu lemah sekali, dan Ali tidak sampai hati untuk mendahuluinya. Ia khawatir kalau-kalau kakek Yahudi itu terjatuh atau kena celaka.

Setelah sekian lamanya berjalan, akhirnya waktu mendekati masjid, langit sudah mulai terang. Kakek itu melanjutkan perjalanannya, melewati masjid.

Ketika memasuki masjid, Ali menyangka shalat Subuh berjamaah sudah usai. Ia bergegas. Ali terkejut sekaligus gembira, Rasulullah dan para sahabat masih rukuk pada rakaat yang kedua. Berarti Ali masih punya kesempatan untuk memperoleh shalat berjamaah. Jika masih bisa menjalankan rukuk bersama, berarti ia masih mendapat satu rakaat shalat berjamaah.

Sesudah Rasulullah mengakhiri shalatnya dengan salam, Umar bin Khattab memberanikan diri untuk bertanya. “Wahai Rasulullah, mengapa hari ini shalat Subuhmu tidak seperti biasanya? Ada apakah gerangan?”

Rasulullah balik bertanya, “Kenapakah, ya Umar? Apa yang berbeda?”

“Kurasa sangat lain, ya Rasulullah. Biasanya engaku rukuk dalam rakaat yang kedua tidak sepanjang pagi ini. Tapi tadi itu engkau rukuk lama sekali. Kenapa?”

Rasulullah menjawab, “Aku juga tidak tahu. Hanya tadi, pada saat aku sedang rukuk dalam rakaat yang kedua, Malaikat Jibril tiba-tiba saja turun lalu menekan punggungku sehingga aku tidak dapat bangun iktidal. Dan itu berlangsung lama, seperti yang kau ketahui juga.”

Umar makin heran. “Mengapa Jibril berbuat seperti itu, ya Rasulullah?”

Nabi berkata, “Aku juga belum tahu. Jibril belum menceritakannya kepadaku.”

Dengan perkenaan Allah, beberapa waktu kemudian Malaikat Jibril pun turun. Ia berkata kepada Nabi saw., “Muhammad, aku tadi diperintahkan oleh Allah untuk menekan punggunmu dalam rakaat yang kedua. Sengaja agar Ali mendapatkan kesempatan shalat berjamaah denganmu, karena Allah sangat suka kepadanya bahwa ia telah menjalani ajaran agamaNya secara bertanggung jawab. Ali menghormati seorang kakek tua Yahudi. Dari pegnhormatannya itu sampai ia terpaksa berjalan pelan sekali karena kakek itupun berjalan pelan pula. Jika punggungmu tidak kutekan tadi, pasti Ali akan terlambat dan tidak akan memperoleh peluang untuk mengerjakan shalat Subuh berjamaah denganmu hari ini.”

Mendengar penjelasan Jibril itu, mengertilah kini Rasulullah. Beliau sangat menyukai perbuatan Ali karena apa yang dilakukannya itu tentunya menunjukkan betapa tinggi penghormatan umat Islam kepada orang lain. Satu hal lagi, Ali tidak pernah ingin bersengaja terlambat atau meninggalkan amalan shalat berjamaah. Rasulullah menjelaskan kabar itu kepada para sahabat.

Demikianlah teladan yang diberikan oleh salah seorang sahabat rasulullah, satu dari empat kulafaurasidin yang kelak menjadi pemimpin pengganti baginda Rasul dan merupakan salah satu dari sepuluh orang yang sudah dijamin masuk surga.

Ada dua hal yang dilakukakan oleh Ali sehingga Jibril, atas perintah Allah turun untuk membantu, perbuatan tersebut adalah :
1. Ali tidak pernah dengan sengaja terlambat atau meninggalkan amalan shalat berjamaah,

2. Rasa hormat dan kasih sayang yang dimiliki oleh Ali terhadap orang tua

Durhaka kepada orang tua adalah termasuk Dosa besar

Begitu besarnya rasa hormat dan kasih sayang yang diberikan oleh Ali terhadap orang tua, bahkan dalam kisah tadi disebutkan bahwa orang tua ini beragama yahudi, bukan muslim dan bukan pula orang tuanya sendiri, hal ini menunjukkan bahwa Allah sangat menyukai sikap untuk menghormati orang tua, baik orang tua kita sendiri ataupun bukan, bahkan Allah seringkali dalam firmannya mensejajarkan berbuat baik terhadap orang tua dengan larangan berbuat dosa syirik, yakni dosa besar yang tak terampuni.

Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah berikut ini :

”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (Qs: An Nisaa : 36)

Sedangkan referensi yang diperoleh dari hadist disebutkan bahwa Mendurhakai orang tua menempati urutan kedua setelah dosa syirik

Dari Abu Bakrah Nufai bin Al Harits ia berkata : Rasul bertanya “Tidakkah kalian ingin tahu tentang 3 dosa terbesar diantara dosa-dosa besar”, kami menjawab “tentu kami ingin mengetahuinya”, kemudian Rasul berkata, dosa tersebut adalah :
1. Menyekutukan Allah
2. Mendurhakai kedua orang tua
3. Perkataan yang bohong dan persaksian palsu

(Dalam riwayat lain nomor 3 ini adalah membunuh orang dan sumpah palsu)

Ada berbagai macam bentuk durhaka terhadap orang tua, salah satunya adalah memaki orang tua, baik memaki orang tua kita maupun orang tua orang lain.

Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash RA : Rasul berkata “Diantara dosa-dosa besar yaitu memaki orang tuanya”, para sahabat bertanya “wahai rasul apakah ada orang memaki orang tua?” kemudian Rasul berkata “Ya, apabila seseorang memaki Ayah atau ibu orang lain, kemudian orang lain itu membalas memaki Ayah atau ibu orang tersebut

Kelakuan kita terhadap orang tua

Di zaman Nabi SAW ada seorang laki-laki yang memiliki seorang Ibu yang sedang sakit lumpuh dengan kondisinya yang sangat parah, mungkin kalau dizaman sekarang namanya stroke, sehingga segala sesuatunya harus dibantu oleh anaknya tadi, mulai dari mandi, buang hajat, makan, minum dan sebagainya.

Kondisi ini berlangsung selama dua tahun, suatu ketika laki-laki ini mengadukan hal tersebut kepada Rasul, “Ya Rasul apakah perbuatan yang selama ini telah aku lakukan sudah cukup untuk membalas seluruh kebaikan seorang Ibu kepadaku?”, Jawab Rasul “Tidak, bahkan setetes darah yang dikeluarkan oleh Ibumu waktu melahirkanmu belum cukup digantikan hanya dengan apa yang engkau telah lakukan”

A. Bandingkan makna ”Yang Terbaik”

Kasih sayang Ibu tak dapat diukur, sebab Ibu selalu memberikan doanya yang terbaik, Ibu selalu berdoa dan berharap agar kita menjadi cepat besar, sehat, kuat, pintar, soleh dan berbagai macam doa kebaikan lainnya diberikan kepada anak, seluruh doa ini diucapkannya sejak Ibu mengandung selama 9 bulan, melahirkan kita, menyusui kita, menyuapi kita makan mengajarkan berjalan, mengajarkan berbicara, memandikan, melindungi kita dan semuanya ini dilakukan dengan ikhlas, tanpa pamrih, tanpa minta imbalan dan bahkan seorang Ibu rela untuk tidak makan asal kita makan, tidak tidur asal kita bisa tidur nyenyak.

Tapi coba kita renungkan doa kita kepada orang tua yang sedang sakit stroke sudah bertahun-tahun, bisanya doanya adalah :

Ya Allah berikan yang terbaik kepada Ibuku yang sedang sakit dan belum sembuh ini

Bahasanya sih sama, berikan ”yang terbaik” tapi silahkan kita simpulkan sendiri apa makna konotasi dari kata “yang terbaik” ini

B. Bandingkan beratnya

Dari sisi mengandungnya Ibu selama sembilan bulan, maka perlu direnungkan bagi para pria yang tidak pernah merasakan mengandung anak, maka coba bayangkan jika ingin merasakan hamil selama 9 bulan, cobalah ambil buah kelapa dua biji aja, ikat dalam perut dengan menggunakan kain gendongan, coba bawa, bayangkan dan rasakan beratnya apakah ada yang kuat sampai 9 bulan?

Oleh karena itu jangan pernah merasa sudah cukup membalas kebaikan orang tua hanya dengan memberikan nafkah uang yang berlimpah kepada orang tua, namun juga yang perlu diperhatikan adalah sikap kita, tutur kata kita, kasih sayang serta rasa hormat kita kepada mereka sehingga kita akan memperoleh ridho orang tua sebab ridho Allah akan diberikan apabila orang tua meridhoi kita.

Di Dalam Al qur’an disebutkan bahwa Allah menyuruh agar terhadap orang tua kita sendiri, kita wajib melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Berbakti dengan penuh kemuliaan
2. Berbuat baik dengan penuh rasa kasih sayang
3. Bertutur kata dengan suara rendah dan lemah lembut
4. Jangan pernah membentak bahkan sekedar menolak dengan perkataan ”ah” saja Allah melarang
5. Selalu mendoakan kedua Orang tua kita.

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Qs: Al Israa : 23)

Hadiah Dari Allah

Adapun hadiah yang akan Allah berikan bagi orang yang melakukan perbuatan tersebut adalah:

1. Hadiah Di akhirat berupa pahala yang sejajar dengan pahala orang yang berjihad

Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa dalam kondisi tertentu berbakti kepada orang tua sendiri merupakan salah satu bentuk jihad.

Seorang laki-laki datang menghadap Nabi SAW dan minta izin untuk ikut berjihad, Nabi bertanya: “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” laki-laki itu menjawab “Ya”, kemudian Rasul bersabda “ berjuanglah dengan berbakti kepada mereka” (HR. Muslim)

2. Hadiah Di dunia berupa dibukanya salah satu pintu rezki

Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). (Qs : Al Anam : 151)

Penutup
Semoga kita tersadar akan hal ini, memulai hidup baru dibulan syawal dengan mengunjungi orang tua, meminta maaf kepadanya dan melakukan apa-apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT dengan sebaik-baiknya.

Ya Tuhanku! ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahKu dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan" (Qs. Nuh : 28)

"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".(Qs. Al Israa : 24)

Basuki Achmad
Masjid Nurul Huda, Malam ke-29 di bulan Ramadhan

Artikel Terkait



2 comments:

Annie said...

Terima Kasih sudah mengingatkan

Lifi Family said...

Sama-sama

Post a Comment