Thursday, April 23, 2009

Pelajaran Optimis Dari Perang Al-Ahzab


Setelah kekalahan Perang Badar dan ketidakberhasilan Perang Uhud, Kaum Musyrikin tidak rela menyaksikan Islam berkembang dengan cepat, kegeraman dari para penyembah berhala Latta dan Uzza ini semakin tinggi, mereka berencana untuk melakukan koalisi lintas suku.


Bujukan Yahudi untuk melakukan koalisi multi suku untuk menghabisi pangkalan umat Islam di Medinah menyebabkan semangat kaum Musyrikin bangkit lagi. Abu Sofyan langsung memimpin pasukan koalisi ini untuk menyerang habis-habisan benteng umat Islam.


Menurut catatan sejarah, Perang yang terjadi pada tahun kelima Hijriyah pada bulan Syawal. Di tengah panen yang tidak menguntungkan dan Medinah dalam kondisi minus pangan, umat Islam harus menghadapi perjuangan mati dan hidup.


Koalisi besar yang digagas ini memang dimaksudkan untuk mengimbangi kekuatan yang telah mengalahkan mereka di perang sebelumnya.


Bisa dibayangkan betapa berhasilnya mereka dalam melakukan kontrak “politik” untuk melenyapkan Islam dari muka bumi dengan menghimpun balatentara hingga sampai 10.000 personil termasuk didalamnya pasukan berkuda dan artileri.


Untuk menghadapi kekuatan yang secara hitungan diatas kertas memang luar biasa dari kaum musyrikin ini, Rasulullah SAW melakukan musyawarah dengan para sahabat. Hingga terkumpulah kekuatan 3000 personil prajurit. Namun bisakah 3000 ini berhadapan frontal melawan 10.000. Perhitungan rasional mungkin sulit. Umat Islam tidak mau hanya mengandalkan keberanian tetapi juga taktik dan strategi yang cerdas. Umat Islam memutuskan tidak menghadang mereka di luar Medinah.


Selanjutnya ide cerdas yang saat itu belum pernah ada muncul lewat seorang Salman Al Farisi yakni dengan memanfaatkan bagian yang rawan dari Medinah dibuatkan parit yang lebar sehingga pasukan berkuda yang besar menjadi tidak efektif dan parit juga menutupi seluruh bagian yang bisa dilalui dengan mudah kecuali di pegunungan dan perkebunan kurma.


Rasulullah SAW menyetujui ide cerdas ini, beliau segera memerintahkan kaum muslimin untuk menggali khandaq (lubang) di sekitar kota Madinah yang berhadapan ke timur kota. Dengan penuh ketekunan kaum muslimin bersama Rasulullah saw. Masing-masing bekerja sesuai amanah yang diberikan, tanpa membedakan jabatan dan posisi sosialnya mereka menggali dan memindahkan tanah serta batu-batu.


Kerja keras, cerdas, tekun dan penuh semangat dilakukan oleh para pejuang, meskipun mereka dihadapkan dengan kondisi yang secara peluang untuk menang sangat tipis.


Parit telah selesai, pasukan koalisi inipun tiba di perbatasan, mereka tidak menyangka akan kondisi ini, selama hampir satu bulan pasukan koalisi multi suku ini mengepung umat Islam tanpa berhasil menaklukkan Meddinah. Usaha penyerangan menjadi sia-sia karena dapat dipatahkan umat Islam yang melepaskan panah dari seberang parit kepada siapa yang mendekat.


Kita bisa membayangkan bagaimana dalam waktu sekitar satu bulan ini, pasukan koalisi berfikir keras untuk menembus benteng parit ini. Prediksi yang selama ini telah dilakukan oleh ”lembaga survey” serta kalkulasi mereka akhirnya gagal menaklukan Medinah.


Kekalahan kaum musyrikin ditandai dengan kisah heroik salah satu ”wakil rakyat” berikut ini, Amrun bin Abdi Wuddin al-’Amri salah seorang pasukan berkuda dan pahlawan pemberani yang tersohor pada zaman jahiliah, bersama beberapa orang prajurit berkuda melintasi khandaq dan berhasil menuju ke arah kaum muslimin. Rasulullah saw. segera memerintahkan beberapa prajurit berkuda untuk menghadapinya. Namun, tidak ada seorangpun yang menuruti perintahnya. Lalu beliau memerintahkan Ali bin Abi Thalib r.a. yang segera keluar menghadapinya.


Untuk beberapa saat keduanya bertempur hingga akhirnya Ali bin Abi Thalib berhasil membunuhnya. Dan ini adalah pertanda kemenangan. Lalu Allah mengirimkan angin topan yang berhembus sangat dasyat ke arah para pengepung hingga tidak ada sebuah tenda pun yang tersisa dan tanpa nyala api.


Akhirnya, mereka semua lari meninggalkan ketakutan dan menderita kerugian, sebagaiman firman Allah SWT. “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan.” (al-Ahzab:9)


Firman Allah SWT, “Wa junuudun lam tarauhaa,” menurut Ibnu Katsir adalah para malaikat yang membuat mereka (kaum musyrikin) terguncang dan menyusupkan rasa kaget dan takut ke dalam hati mereka. Pada saat itu, setiap kepala kabilah berkata, “Wahai bani Fulan kemarilah kepadaku.” Dan mereka pun berkumpul kepadanya dan berkata, “Keselamatan, keselamatan” karena Allah menimpakan ketakutan ke dalam hati mereka.


Sahabat Livi,
Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah ini adalah untuk menghadapi koalisi pasukan besar yang telah terhimpun dengan kuat dan canggih teknologi, umat Islam harus menyatukan fikiran untuk berfikir kreatif dan tidak frontal.


Meskipun ide kreatif ini semula tidak pernah terjadi dalam strategi perang, namun demikian apabila dipandang akan mendatangkan manfaat maka inovasi pemikiran ini tentu bisa menjadi solusi dalam menghadapi kondisi minoritas.


Ide cerdas ini pun mengandung konsekuensi logis akan ada penentangan kuat dari akar rumput namun disinilah peran seorang pemimpin untuk meyakinkan para konseptor dan pelaksana lapangan, dimana sangat wajar jika kita berfikir bahwa dari pada membuang tenaga untuk menggali parit dan mangangkat batu mendingan mempersiapkan tenaga untuk melawan musuh secara frontal sebab jika meninggal juga toh mereka akan syahid, namun tidak demikian dengan Rasulullah SAW, beliau dengan argumentasinya menjalankan ide Salman dari Iran ini.


Kerja keras dan cerdas salah satu kunci kemenangan, meskipun pihak ”lembaga survey”, ”pengamat politik” dan ”persentase koalisi” menyatakan tidak mungkin menang namun usaha tanpa menyerah dalam membangun parit inilah yang membuat ALLAH menilai sebuah kemenangan.


Sehingga jika dikaitkan dengan kondisi realitas kehidupan kita, bisa dikatakan bahwa sebuah usaha kerja keras dan cerdas penuh semangat dapat mengantarkan seseorang, organisasi, perusahaan ataupun partai politik memperoleh kemenangan, meskipun kondisi dan hitung-hitungan diatas kertas memprediksi kita sebagai pihak yang kalah.


Termasuk juga dalam urusan Rizky, ALLAH akan menyalurkan rizky tepat sesuai alamat yang dituju sesuai dengan usaha yang kita lakukan dari arah yang tidak disangka-sangka, meskipun setiap bulan kita bisa memprediksi gaji bulanan kita, namun usaha untuk tidak menyerah atas prediksi ini Insya ALLAH akan ada balasannya.


Jadi tetap semangat dan jangan menyerah dengan prediksi manusia ya..

Artikel Terkait



6 comments:

rio2000 said...

terimakasih infonya - saya jadi tahu kalo perang Al Ahzab terjadi setelah perang Badr dan Uhud :D

indra putu achyar said...

semangaaaaaaaaat... semangaaaaaaaaaat...

budhe said...

Alhamdulillah..seperti oase bagi kita kita yg senantiasa haus ilmu..dopping penyemangat untuk kembalinya kebangkitan islam..
makasih banget untuk Abah Livi .. penyajian Siroh Nabawinya sangat lugas apik dan mengena hmmm asyik dinikmati serta meresap akan hikmah yg terkandung.Okay... insya Allah.. kita semangat dan optimis slalu suatu saat dapat membumi hanguskan musuh musuh islam diantaranya zionis yahudi.
Jazakumullah bi khoir..

Pia Torokossik said...

Keren tulisannya...
Semoga bermanfaat.

Link exchange plizz..

islam is our bloood said...

Ruarrrr biasa!!!muantab pol.. ke'nya jempol smua orang dech..makasih

budi said...

ehhm kagum ma niih artikel

Post a Comment